Riauaktual.com - Penyiraman air keras yang dialami salah satu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengundang banyak simpati. Ternyata, hal itu mendorong lima 'jagoan super' bersatu untuk melindungi lembaga anti-rasuah tersebut.
Para jagoan ini menamakan diri mereka sebagai 'The Guardian of KPK'. Tentu saja, kelimanya bukan jagoan asli, apalagi memiliki kemampuan super. Mereka beraksi dalam aksi teatrikal "Super Heroes Siap Jaga KPK" di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (16/4) kemarin dikutip dari merdeka.com.
Para 'jagoan super' ini sebenarnya adalah anggota dari Indonesian Corruption Watch (ICW) sekaligus beraksi untuk menolak upaya pelemahan KPK. Apalagi setelah penyerangan air keras terhadap Novel usai melaksanakan salat Subuh di dekat kediamannya.
"Kami dari Koalisi Save KPK membentuk aksi untuk dukung KPK. Aksi ini terkait salah satu penyidik KPK Novel Baswedan yang disiram air keras," ujar Peneliti ICW sekaligus koordinator aksi, Tibiko Zabar di Jakarta, Minggu (16/4).
Menurutnya, aksi teror salah seorang penyidik senior bukan sebuah serangan terhadap individu, melainkan bentuk pelemahan KPK. "Teror kepada Novel, bukan sifatnya individu, tapi berupa upaya melemahkan KPK," tambahnya.
Aksi ini dilakukan atas prakarsa koalisi save KPK, yang tergabung organisasi kemasyarakatan antikorupsi, seperti ICW, Tanggerang Transparency, dan Madrasah Anti Korupsi. Mereka menuntut pemerintah mengusut tuntas kasus yang menimpa Novel serta melindungi KPK, peserta aksi juga meminta KPK membentuk tim khusus untuk melindungi penyidiknya saat menjalankan tugas.
"Kami ingin KPK membentuk tim khusus yang ikut melindungi penyidik KPK. Hampir setiap KPK menangani kasus besar, ada upaya-upaya pelemahan KPK," tegasnya.
Dia menyampaikan KPK membutuhkan dukungan dalam melaksanakan tugasnya dan menurut Zabar aksi ini merupakan bentuk dukungan masyarakat kepada KPK. "Ini saatnya kami turun, KPK perlu didukung, dilindungi, yng melindungi adalah masyarakat," tutupnya.
Analisis Rekaman CCTV
Kepolisian telah menerima rekaman CCTV di kediaman Novel Baswedan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kini, penyidik mulai menggali sosok penyerang Novel dengan air keras berdasarkan rekaman video tersebut.
"CCTV-nya kemarin kan sudah dikasihkan oleh KPK. Sedang kita analisa isinya apa di situ. Itu kan perlu dilaporkan juga," tutur Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (16/4) kemarin dikutip dari liputan6.com.
Sementara, untuk pemeriksaan saksi, sudah ada 16 orang yang dimintai keterangan. Barang bukti lainnya pun sudah dikumpulkan dan tentunya bisa bertambah berdasarkan pengembangan.
"Bajunya korban, celananya korban, kopiah korban, semuanya yang ada akibat dari siraman cairan itu masih kita amankan semua sebagai barbuk," pungkas Argo.
Sebelumnya, Novel Baswedan mendapatkan teror serangan air keras ke wajahnya usai salat Subuh di masjid dekat kediamannya di Jakarta, Selasa, 11 April kemarin. Pelaku diduga berjumlah dua orang dan mengendarai sepeda motor.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Polisi Suntana belum bisa memastikan apakah teror itu berkaitan dengan kasus e-KTP yang tengah ditangani Novel atau bukan.
"Saya kurang begitu jelas (soal kasus e-KTP). Itu menjadi domainnya KPK dalam penyelidikan itu ya," ujar Suntana di Mapolda Metro Jaya, Rabu 12 April 2017.
"Yang jelas, polisi concern kepada pengamanan yang bersangkutan (Novel Baswedan), yang sedang melaksanakan penyidikan e-KTP," ucap dia.